Kamis, 08 November 2012

Sebagian Besar Prasangka adalah Dosa


Sejenak di saat penat meradang, kusempatkan waktu untuk mengambil remote TV rumahku. Di layar TV tampak komedian yang famous, Mr Bean yang hendak naik ke pesawat terbang. Tangan kanannya dimasukkan kedalam kantong jas sebelah kiri, seperti menyembunyikan sesuatu, mengkhawatirkan. Sekejap aku berfikir ia sedang membawa barang yang orang lain tidak boleh tahu, pistol misalnya. Dor ! tapi ini bukan bunyi tembakan, tapi prasangkaku ini diketahui oleh sutradaranya, sehingga dalam layar TV tampil seorang polisi yang datang kepada Mr Bean dengan penuh kecurigaan. “Stop, i will check you” kata polisi. “I’m sure that you bring gun” hentak polisi. Mr Bean dengan wajah bloonnya dengan santai mengeluarkan tangan kanannya dari jas. Dan alhasil polisi tersebut menemukan apa yang dicurigainya, yaitu tangan kosong dengan formasi ibu jari dan telunjuk membentuk huruf L dengan jari yang lain terlipat. Bukan Pistol.

Sahabatku, di atas adalah cerita lucu sebagai iftitah pertemuan kita sekarang. Tuhan berfirman dalam Surat Al Hujurat ayat 12 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

Artinya adalah
Wahai sekalian orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sungguh, sebagian dari prasangka itu adalah dosa.

Dari ayat tersebut, ada informasi yang dapat dimaknai dan diejawantahkan dalam keseharian.
  1. Ayat ini turun di Madinah dengan tanda sapaan kepada orang-orang beriman. Ini menunjukkan bahwa oramng mukmin pun, yang notabenenya beriman kepada Allah, mempercayai dan mengakui siksaan Allah berupa neraka, dan hari kiamat tidak terlepas dari aktivitas ini (baca : prasangka). Apakah prasangka adalah karakter manusia? Wallahu a’lam.
  2. Allah memerintahkan jauhilah bukan tinggalkan, artinya ada kemungkinan untuk melakukannya, atau Allah menjaga kita agar terbebas dari efek negatif dari kegiatan prasangka.
  3. Allah berfirman, bahwa sebagian dari prasangka adalah dosa. Ini adalah indikasi bahwa ada juga prasangka yang diperbolehkan. Kemudian kita mengenal istilah su’udzon (prasangka buruk) dan husnudzon (prasangka baik). Bagaimana dengan penyidik dalam dunia hukum? Apakah tindakan mereka adalah suatu perbuatan dosa? Bagaimana menurutmu.
Sahabatku, karena prasangka Umar bin Khatab dimarahi oleh seseorang. Saat itu Umar sedang berjalan-jalan, lantas dalam perjalanannya ia mendengar muda dan mudi bersuara agak lebay, melengking, kemungkinan bercumbu dalam sebuah rumah. Tanpa basa-basi umar merangsek masuk ke dalam rumah tersebut. Setelah itulah, Umar mendapat marah.
“Umar, kamu telah melakukan 3 kesalahan, pertama adalah kamu masuk rumah ini tanpa lewat pintu, kedua kamu tidak mengucapkan salam saat masuk dan yang ketiga adalah kamu telah berprasangka”.

Dalam hukum positif di Indonesia, dikenal dengan asas praduga tak bersalah, namun yang terjadi adalah yang diduga sudah seakan-akan menjadi pelaku kesalahan. Bahkan tanpa bukti dan tanpa surat perintah penangkapan, orang pun bisa diciduk oleh para polisi. Ketika tidak terbukti bersalah, polisi hanya menyampaikan surat permintaan maaf karena salah tangkap. Realita yang terbolak-balik dari aturan yang manusiawi. Islam tidak menggunakan asas praduga tak bersalah. Islam menggunakan saksi dan bukti sebagai landasan penangkapan atau penghukuman atas seseorang. Tanpa itu, tiada hak untuk melakukan sesuatu atas seseorang.

Berkaitan dengan pemaknaan ada sebagian prasangka yang doperbolehkan, misalnya prasangka seorang penyidik hukum. Skill itu wajib untuk dimiliki untuk menelisik banyak alibi si tertuduh dalam melakukan tindakan kejahatan. Prasangka buruk diperbolehkan dengan syarat tidak ada niat untuk menuduh, namun niat untuk menggali informasi sedalam dan setajam mungkin.

Sahabatku, ada husnudzon dan ada su’udzon. Keduanya diperlukan di saat dan kondisi yang berbeda. Namun perlu selalu diingat, bahwa informasi yang masih belum tentu benar salahnya adalah hal yang samar. Jika ternyata informasi menyebabkan madhorot bagi obyek yang kita bicarakan, maka itu sudah termasuk ghibah. Dan fatalnya, jika ternyata informasi itu salah, maka ia masuk kategori fitnah. Naudzubilah. Maka, tabayyunkan apapun yang masih samar. Karena ini adalah hal yang riskan. Semua kita lakukan demi kebaikan kita dan orang di sekitar kita.




0 komentar:

Posting Komentar