Senin, 19 November 2012

Michael Schumacher



Belajar---- mendengar kata itu apa yang ada dipikiranmu, sahabat?
Bercerita sejenak tentang suasana kelasku, tenang, penjelasan dari Dosen, suara diskusi kawan seangkatan, goresan pena, semangat. Namun terkadang, terdengar suara yang sering kukira adalah kerbau milik tetanggaku dulu. Eh ternyata, bukan. Itu adalah suara pulas temanku yang tertidur di baris belakang pojok kelasku.

Dan hari ini, giliranku yang mendapat sial, seakan dibuai oleh angin sepoi kipas angin kelasku, tubuhku terayun-ayun hendak jatuh, mataku sayup, dan.... syuuutttt, aku hampir terjatuh dari kursi. Malu diriku, sungguh.

Suddenly, bapak dosen bertanya kepada kami, Kenapa kalian harus ada disini? Pertanyaan yang spontan membuka mataku lebar-lebar. Kaget, menusuk rasanya di hati. Bergumam, “beliau sedang mengingatkan kepada kami, tentang apa pentingnya menuntut ilmu”. Variasi jawaban dari teman-temanku, ada yang ingin belajar, sekedar memenuhi batas minimum kehadiran, mendapatkan ijazah, dan lain-lain.

Beliau melanjutkan dengan menceritakan seorang tokoh, yaitu Michael Sumacher. Michael Sumacher adalah juara dunia 7 kali Formula 1 berturut turut. Ada yang unik dari dirinya. Setiap ia naik ke atas podium yang bertuliskan “1st”, ia selalu bangga memegang erat trophy, berteriak dan meloncat. Setiap kemenangan yang diraihnya, terasa bagaikan kemenangan yang pertama kali yang ia raih. Bahagia ! Puas ! Selalu energic mendapati kemenangan.

Sahabat, bayangkan ketika kita selalu datang di perkuliahan dengan semangat layaknya mahasiswa baru yang pertama kalinya memasuki ruang perkuliahan, pakaian rapi, tepat waktu, belajar sebelum kuliah, bahkan malam harinya pun kita relakan waktu untuk mempersiapkan buku-buku apa saja yang harus dibawa, dimasukkan ke dalam tas, sangat mempersiapkan diri menerima sesuatu yang baru. Ingat Michael Summacher.

Subhanallah, mungkin itulah mengapa Allah memberikan kita idain (2 hari raya), yang membuat kita kembali dalam fitrah. Suci seputih kain yang tanpa noda, layaknya bayi yang baru terlahir kembali. Pancaran matanya sebening embun, secerah mentari. Mungkin itulah cara Allah mengingatkan kepada kita, bagaimana pentingnya memperbarui niat dan motivasi untuk jalani hidup lebih baik.


0 komentar:

Posting Komentar