Senin, 19 November 2012

Si Jempol yang Mensyukuri Nikmat



Sahabatku, sebuah cerita dari Ustadz Qaem, yang beliau sampaikan usai sholat subuh. Semoga menggugah jiwa yang resah, menata yang gelisah, menyenangkan yang susah.

Peristiwa itu terjadi saat aku mengikuti Mubaligh Hijrah. Duduk bersama dalam surau kecil, disampingku ada Bapak Kepala Desa membersamai masyarakatnya menyiapkan diri melahap hidangan berbuka puasa. Iya... sebuah rutinitas yang unik, efektif untuk menguatkan silaturahmi, perlu dicontoh.

Satu menit lagi, insyaAllah adzan maghrib berkumandang. Tampak, seorang kakek yang berjalan mengitari jamaah sembari membagikan permen, dengan santun beliau memberikan. Senyuman di wajahnya serta gerakan tangannya, fokusku pada posisi jari jempolnya yang berarti mempersilahkan untuk merasakan manis permennya. Sungguh menentramkan hati melihat senyumannya. Meski keriput, namun tetep cute. J

Hari demi hari, kulalui bersama masyarakat, mengisi ramadhan dengan hati yang penuh harap atas ampunan ilahi dan tentunya menu berbuka yang terus mengalami peningkatan gizi. Namun, tidak untuk rutinitas yang satu ini, yaitu selalu ku dibuat tersenyum oleh Bapak yang membagikan permen saat takjilan, gerakan jempolnya, senyum di wajahnya, subhanallah. Setiap hari dia melakukan itu, hingga aku penasaran lantas bertanya pada Bapak Kepala Desa, “Pak, siapakah nama beliau? Mengapa beliau selalu membagikan permen saat takjilan?”. Beliau hanya tersenyum, dan menjawab, “Bapak itu bernama Pak Jempol, dek Qaem. Nama itu diberikan kepadanya karena kebiasaan yang membuat kamu menjadi penasaran seperti ini”.

Hingga pada suatu hari, kulihat beliau sedang berkutat dengan cangkulnya, membersihkan makam, menyiangi rerumputan di sepanjang jalan menuju makam. Maklum, posisi makam dekat dengan masjid tempat aku tinggal. Ku beranikan diri untuk menghampiri beliau, bercengkarama, ngobrol tentang rutinitas kita berdua dan terkadang curhat juga pengalaman kehidupan. Hingga aku tahu, bahwa beliau adalah penjaga makam, yang merawat makam. Kadang juga sebagai pengepul barang-barang bekas lantas ia jual untuk mendapatkan rupiah. Sederhana sekali kehidupan beliau. Dalam benakku, masih penasaran, orang seperti pak Jempol ini punya kebiasaan yang masih kupertanyakan. Bismillah, kucoba menanyakan, kenapa beliau selalu membagikan permen kepada jamaah saat takjilan.

“Pak, mengapa bapak selalu membagikan permen kepada jamaah saat hendak berbuka?”, tanyaku kepada beliau.
 “Anakku, itulah cara bapak untuk bilang sama Allah, Ya Allah, dengan keadaan seperti ini, itu sudah lebih dari cukup. Hamba bersyukur atas apa yang Engkau berikan kepada hamba.” Jawab beliau.
“Bapak, tidak mau kalah dengan orang-orang kaya, mereka bisa membagikan sedekah, harta mereka banyak, kesempatan untuk mendapatkan ridho Allah lebih luas. Namun, Bapak juga punya kok dek, meskipun hanya permen. Yang penting Bapak bisa berbagi dengan orang lain, dan Bapak dapat mensyukuri nikmat Allah yang mustahil bagi kita untuk mneghitungnya. Alhamdulillah”, beliau melanjutkan.

Sahabatku, bahagia adalah syukur kita kepada Allah atas nikmat yang telah Allah berikan J Dalam surat Al Insaan, mereka yang ikhlas dan bersyukur senantiasa kukuh dalam hati mereka, sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula ucapan terima kasih.

Mari berbagi. J



4 komentar:

Unknown mengatakan...

mantab....

Amirul Telematika mengatakan...

tampilan blognya seru,,,ajari dong...hehe

Unknown mengatakan...

Arul, coba buka artikel ku yang tutorial mengganti template blog hehe

Handy mengatakan...

subhanalloh

Posting Komentar