Sahabatku, sebuah cerita dari Ustadz Qaem, yang beliau
sampaikan usai sholat subuh. Semoga menggugah jiwa yang resah, menata yang
gelisah, menyenangkan yang susah.
Peristiwa itu terjadi saat aku mengikuti Mubaligh
Hijrah. Duduk bersama dalam surau kecil, disampingku ada Bapak Kepala Desa
membersamai masyarakatnya menyiapkan diri melahap hidangan berbuka puasa. Iya...
sebuah rutinitas yang unik, efektif untuk menguatkan silaturahmi, perlu
dicontoh.
Satu menit lagi, insyaAllah adzan maghrib berkumandang.
Tampak, seorang kakek yang berjalan mengitari jamaah sembari membagikan permen,
dengan santun beliau memberikan. Senyuman di wajahnya serta gerakan tangannya,
fokusku pada posisi jari jempolnya yang berarti mempersilahkan untuk merasakan
manis permennya. Sungguh menentramkan hati melihat senyumannya. Meski keriput,
namun tetep cute. J
Hari demi hari, kulalui bersama masyarakat, mengisi
ramadhan dengan hati yang penuh harap atas ampunan ilahi dan tentunya menu
berbuka yang terus mengalami peningkatan gizi. Namun, tidak untuk rutinitas
yang satu ini, yaitu selalu ku dibuat tersenyum oleh Bapak yang membagikan
permen saat takjilan, gerakan jempolnya, senyum di wajahnya, subhanallah. Setiap
hari dia melakukan itu, hingga aku penasaran lantas bertanya pada Bapak Kepala
Desa, “Pak, siapakah nama beliau? Mengapa beliau selalu membagikan permen saat
takjilan?”. Beliau hanya tersenyum, dan menjawab, “Bapak itu bernama Pak
Jempol, dek Qaem. Nama itu diberikan kepadanya karena kebiasaan yang membuat
kamu menjadi penasaran seperti ini”.
Hingga pada suatu hari, kulihat beliau sedang berkutat
dengan cangkulnya, membersihkan makam, menyiangi rerumputan di sepanjang jalan
menuju makam. Maklum, posisi makam dekat dengan masjid tempat aku tinggal. Ku
beranikan diri untuk menghampiri beliau, bercengkarama, ngobrol tentang
rutinitas kita berdua dan terkadang curhat juga pengalaman kehidupan. Hingga
aku tahu, bahwa beliau adalah penjaga makam, yang merawat makam. Kadang juga
sebagai pengepul barang-barang bekas lantas ia jual untuk mendapatkan rupiah.
Sederhana sekali kehidupan beliau. Dalam benakku, masih penasaran, orang
seperti pak Jempol ini punya kebiasaan yang masih kupertanyakan. Bismillah,
kucoba menanyakan, kenapa beliau selalu membagikan permen kepada jamaah saat
takjilan.
“Pak, mengapa bapak selalu membagikan permen kepada
jamaah saat hendak berbuka?”, tanyaku kepada beliau.
“Anakku, itulah
cara bapak untuk bilang sama Allah, Ya Allah, dengan keadaan seperti ini, itu
sudah lebih dari cukup. Hamba bersyukur atas apa yang Engkau berikan kepada
hamba.” Jawab beliau.
“Bapak, tidak mau kalah dengan orang-orang kaya,
mereka bisa membagikan sedekah, harta mereka banyak, kesempatan untuk
mendapatkan ridho Allah lebih luas. Namun, Bapak juga punya kok dek, meskipun
hanya permen. Yang penting Bapak bisa berbagi dengan orang lain, dan Bapak
dapat mensyukuri nikmat Allah yang mustahil bagi kita untuk mneghitungnya.
Alhamdulillah”, beliau melanjutkan.
Sahabatku, bahagia adalah syukur kita kepada Allah
atas nikmat yang telah Allah berikan J Dalam surat Al Insaan, mereka yang
ikhlas dan bersyukur senantiasa kukuh dalam hati mereka, sesungguhnya kami
memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami
tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula ucapan terima kasih.
Mari berbagi. J
4 komentar:
mantab....
tampilan blognya seru,,,ajari dong...hehe
Arul, coba buka artikel ku yang tutorial mengganti template blog hehe
subhanalloh
Posting Komentar