Selasa, 27 November 2012

Belajar kembali kepada Abdullah bim Ummi Maktum



Allah berfirman tentang kebaikan alam semesta...
Kembali belajar kepada sahabat Nabi yang spesial, ia adalah Abdullah bin Ummi Maktum.

Al Quran, kitabullah yang diwahyukan kepada tauladan umat, Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanannya, Al Quran tak hanya berisikan tentang hukum-hukum yang mengatur dan melindungi keberlangsungan umat manusia. Namun di dalamnya juga ada akhlak, bagian dari islam yang mencerahkan dunia dengan lilin kebijaksanaan, melembutkan dengan kasih dan mencipta harmoni karena selaras dalam alunan nada yang beresonansi terhadap hati nurani.

Akhlak, mengingatkan pada suatu peristiwa saat uswah kita, Nabi Muhammad SAW ditegur oleh Allah. Kisah itu termaktub dalam surat ‘Abasa. Allah menegur Muhammad,
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
karena seorang buta yang datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum),
Dan tahukah engkau Muhammad barangkali ia ingin mensucikan diri,
Atau ia ingin mendapatkan pengajaran, yang memberikan manfaat kepadanya,
Adapun orang yang merasa serba cukup (kaum kafir quraisy),
Maka engkau malah memberikan perhatian kepadanya,
Padahal tidak ada cela atasmu jika dia tidak mensucikan dirinya,
Dan adapun orang yang datang bersegera kepadamu,
Sedang dia takut kepada Allah,
Engkau malah mengabaikannya,
Sekali-kali jangan begitu, Sungguh! Ajaran-ajaran Allah itu suatu peringatan.”

Aisyah pernah menjawab sebuah pertanyaan, “apakah akhlak Rasulullah, ya aisyah?” Aisyah ra menjawab, akhlak Nabi Muhammad adalah Al Quran.

Sahabat, Nabi adalah manusia biasa, ia mempunyai sifat manusiawi. Allah selalu menjaga dan mengingatkan perangainya, sehingga Nabi selalu memperbaiki diri, semakin memuliakan orang-orang disekelilingnya. Abdullah bin Ummi Maktum, yang dalam peristiwa itu menjadikan Nabi mendapat teguran, bermetamorfose menjadi sahabat yang anggun akhlaknya, mendapatkan posisi spesial di hati Nabi Muhammad SAW. Meskipun ia buta, tak mampu melihat isi dunia, ia selalu bergegas dan mencari pencerahan sekaligus nasihat kepada Nabi Muhammad SAW, orang yang paling dicintainya. Serpihan sejarah mengatakan, saat itu Abdullah bin Ummi Maktum sempat meminta keringanan kepada Nabi Muhammad SAW, “Yaa Nabi, aku adalah seorang buta, rumahku jauh, bolehkah aku tidak melaksanakan sholat di masjid?” Nabi Muhammad SAW menjawab, “silahkan”. Namun tak lama kemudian, Bilal mengkumandangkan azan. Abdullah bin Ummi Maktum mungkin hanya tersenyum kala itu, mungkin dalam hatinya “inilah cara Nabi mengingatkanku untuk selalu menjaga sholat jamaah dalam kondisi apapun.”
Sahabat, Abdullah bin Ummi Maktum dengan kekurangannya, mampu melakukan hal yang bahkan tak dapat dibayangkan oleh kita yang normal secara lahiriyah. Nabi Muhammad SAW selalu menggelar sorbannya sebagai alas duduk Abdullah bin Ummi Maktum, setiap kali saat Abdullah berkunjung ke rumah Nabi Muhammad SAW. Subhanallah. Akhlak Nabi kepada Abdullah. Anda bisa mengira-ira, bagaimana senang hati kita saat seorang Presiden membentangkan ataupun membukakan pintu rumahnya untuk kita, rakyatnya.

Secuil ibrah dari perenungan yang disampaikan oleh Ustadz Budi Jaya Putra,...
“Bahwa kebijaksanaan adalah saat kita mampu melihat sesuatu yang tidak nampak,
Tidak ada seorang yang sempurna di dunia ini, karena...
Allah melihat perjuangan kita dalam upaya mendekatkan diri kepadaNya, berbuat kebajikan, dan tak hanya sebatas cover yang akan hancur nantinya...,
Pengharapan atas manusia hanya memberikan kekecewaan, namun pengharapan kepada Allah memberikan ketenangan dan keikhlasan, bahwa hidup adalah hidup di akhirat kelak...”

Saya iri... saya iri kepada kebaikan Abdullah bin Ummi Maktum ! Saya iri, terhadap akhlak Nabi kepada Abdullah bin Ummi Maktum... Yaa Nabi... bersamailah kami. Yaa Allah, ampuni dosa kami...

0 komentar:

Posting Komentar