Allah berfirman tentang
kebaikan alam semesta...
Kembali belajar kepada
sahabat Nabi yang spesial, ia adalah Abdullah bin Ummi Maktum.
Al Quran, kitabullah
yang diwahyukan kepada tauladan umat, Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanannya,
Al Quran tak hanya berisikan tentang hukum-hukum yang mengatur dan melindungi
keberlangsungan umat manusia. Namun di dalamnya juga ada akhlak, bagian dari
islam yang mencerahkan dunia dengan lilin kebijaksanaan, melembutkan dengan
kasih dan mencipta harmoni karena selaras dalam alunan nada yang beresonansi terhadap
hati nurani.
Akhlak, mengingatkan
pada suatu peristiwa saat uswah kita, Nabi Muhammad SAW ditegur oleh Allah. Kisah
itu termaktub dalam surat ‘Abasa. Allah menegur Muhammad,
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
karena seorang buta yang datang kepadanya (Abdullah
bin Ummi Maktum),
Dan tahukah engkau Muhammad barangkali ia ingin mensucikan
diri,
Atau ia ingin mendapatkan pengajaran, yang memberikan
manfaat kepadanya,
Adapun orang yang merasa serba cukup (kaum kafir
quraisy),
Maka engkau malah memberikan perhatian kepadanya,
Padahal tidak ada cela atasmu jika dia tidak
mensucikan dirinya,
Dan adapun orang yang datang bersegera kepadamu,
Sedang dia takut kepada Allah,
Engkau malah mengabaikannya,
Sekali-kali jangan begitu, Sungguh! Ajaran-ajaran
Allah itu suatu peringatan.”
Aisyah pernah menjawab
sebuah pertanyaan, “apakah akhlak Rasulullah, ya aisyah?” Aisyah ra menjawab,
akhlak Nabi Muhammad adalah Al Quran.
Sahabat, Nabi adalah
manusia biasa, ia mempunyai sifat manusiawi. Allah selalu menjaga dan
mengingatkan perangainya, sehingga Nabi selalu memperbaiki diri, semakin
memuliakan orang-orang disekelilingnya. Abdullah bin Ummi Maktum, yang dalam
peristiwa itu menjadikan Nabi mendapat teguran, bermetamorfose menjadi sahabat
yang anggun akhlaknya, mendapatkan posisi spesial di hati Nabi Muhammad SAW.
Meskipun ia buta, tak mampu melihat isi dunia, ia selalu bergegas dan mencari
pencerahan sekaligus nasihat kepada Nabi Muhammad SAW, orang yang paling
dicintainya. Serpihan sejarah mengatakan, saat itu Abdullah bin Ummi Maktum
sempat meminta keringanan kepada Nabi Muhammad SAW, “Yaa Nabi, aku adalah
seorang buta, rumahku jauh, bolehkah aku tidak melaksanakan sholat di masjid?”
Nabi Muhammad SAW menjawab, “silahkan”. Namun tak lama kemudian, Bilal
mengkumandangkan azan. Abdullah bin Ummi Maktum mungkin hanya tersenyum kala
itu, mungkin dalam hatinya “inilah cara Nabi mengingatkanku untuk selalu
menjaga sholat jamaah dalam kondisi apapun.”
Sahabat, Abdullah bin
Ummi Maktum dengan kekurangannya, mampu melakukan hal yang bahkan tak dapat
dibayangkan oleh kita yang normal secara lahiriyah. Nabi Muhammad SAW selalu
menggelar sorbannya sebagai alas duduk Abdullah bin Ummi Maktum, setiap kali
saat Abdullah berkunjung ke rumah Nabi Muhammad SAW. Subhanallah. Akhlak Nabi
kepada Abdullah. Anda bisa mengira-ira, bagaimana senang hati kita saat seorang
Presiden membentangkan ataupun membukakan pintu rumahnya untuk kita, rakyatnya.
Secuil ibrah dari
perenungan yang disampaikan oleh Ustadz Budi Jaya Putra,...
“Bahwa kebijaksanaan adalah
saat kita mampu melihat sesuatu yang tidak nampak,
Tidak ada seorang yang
sempurna di dunia ini, karena...
Allah melihat
perjuangan kita dalam upaya mendekatkan diri kepadaNya, berbuat kebajikan, dan
tak hanya sebatas cover yang akan hancur nantinya...,
Pengharapan atas
manusia hanya memberikan kekecewaan, namun pengharapan kepada Allah memberikan
ketenangan dan keikhlasan, bahwa hidup adalah hidup di akhirat kelak...”
Saya iri... saya iri
kepada kebaikan Abdullah bin Ummi Maktum ! Saya iri, terhadap akhlak Nabi
kepada Abdullah bin Ummi Maktum... Yaa Nabi... bersamailah kami. Yaa Allah,
ampuni dosa kami...
0 komentar:
Posting Komentar