عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
" سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ :
إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ تَعَالَى، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ
مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ... "
dari Abu
Huroiroh ra berkata dari Nabi SAW bersabda, “Tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya pada
hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, pemuda
yang tumbuh beribadah kepada Allah Ta’ala, pemuda yang hatinya selalu terikat
dengan masjid... (HR. Bukhori dan Muslim)
Syeikh
Mustafa Al Ghulayain merindu pemuda yang memperjuangkan kebenaran. Dalam syairnya
beliau bertutur sesungguhnya pada pemudalah nasib suatu bangsa, dan dalam
perjuangannya kehidupan suatu bangsa. Pemuda adalah tiang agama dan
bangsa, kebaikan mereka adalah kebangkitan dan kejayaan umat. Begitu pula,
kerusakan mereka adalah kehancuran dan kemunduran umat. Rasulullah SAW
memberikan motivasi kepada pemuda, dalam hadist di atas disebutkan bahwa pemuda
yang tumbuh dalam ketaatan ibadah kepada Allah nan hatinya terpaut pada masjid
akan mendapatkan naunganNya.
Masa muda adalah masa sulit,
segalanya berkecamuk, bergejolak menjadi satu, bertabrakan antara idealisme dan
godaan nafsu yang mencapai titik klimaks. Akibatnya, ibadah menjadi nilai yang
sangat mahal untuk dimiliki, susah ditemui, pengorbanan harus lebih meroket.
Inilah mengapa pemuda yang taqwa, menurut Ibnu Hajar Al Asqolani dalam
Fathul Bari, mendapatkan naungan dari Allah.
Setiap pemuda memiliki cerita,
baik itu bergenre kelam maupun gemilang, menyusahkan bisa juga
membahagiakan, imannya bertambah tak mustahil berjatuhan, memalukan namun bisa
berotasi membanggakan. Namun, apapun itu tetaplah selalu optimis menatap
perubahan. Bila masa lalu kelam, maka tutuplah rapat. Jangan pernah merasa sendiri, orang arab memotivasi kita dengan قد مض ما مض , yang berlalu biarlah berlalu, Allah Maha Pengampun. Bila masa
lalu baik, maka go straight on, istiqomahlah! Sekarang, adalah saat
menata diri, mempersiapkan merengkuh panji perubahan. Menyibukkan diri dengan
kegiatan yang bermanfaat, karena islam punya falsafah faidza farogh tafan
shob (Al Insyirah, ayat 7-8). Kebangkitan itu tepat di depan kita, menunggu
kita merengkuhnya. “Dan siapakah ucapannya yang paling baik dan berkata
sesungguhnya aku ini adalah termasuk orang-orang yang berserah diri (Fushilat :
33)”. Wallahu a’lam bish shawab.
*Dirgahayu Indonesiaku