Sebuah kisah, yang
membuat hati ini teringat dengan doa robithoh (ikatan hati). Lagu andalan
kelompok Nasyid kami saat di SMA dahulu. Selalu awal kunyanyikan, selalu
mengundang perhatian banyak orang, membuat pendengar menundukkan pandangan,
merenungi isi dari doa robithoh tersebut...
Inilah syairnya :
Sesungguhnya Engkau tahu,
Bahwa hati ini telah berpadu,
Berhimpun dalam naungan cintaMu,
Bertemu dalam ketaatan,
Bersatu dalam perjuangan,
Menegakkan syariat dalam kehidupan
Kuatkanlah ikatanNya,
Kekalkanlah cintaNya,
Tunjukilah jalan-jalanNya,
Terangilah dengan cahayaMu,
Yang tiada pernah padam,
Ya Robbi, bimbinglah kami...
Lapangkanlah dada kami,
Dengan karunia iman,
Dan indahnya tawakal padaMu,
Hidupkan dengan ma’rifatMu,
Matikan dalam syahid di jalanMu,
Engkaulah pelindung dan Pembela...
Mengingat memori indah saat
dulu. J
Lalu berlanjut pada kisah :
Seorang teman bercerita
kepadaku,
“Subhanallah, tadi saya
minum kopi, mantap banget rasanya... J, tahu ndak kenapa?”
Dalam benakku, berputarlah
opini-opini tentang si kopi, dimana warung kopi itu, rasa kopinya pasti mantap,
atau karena merknya yang sudah terkenal dan mahal, atau mungkin juga
penyajiannya yang luar biasa, dengan aroma sentuhan timur tengah mungkin,
ehem...jangan-jangan karena keramahan penjualnya.
Kemudian, aku menjawab,
“pasti karena tempatnya ya? Dimana sih? Atau karena
rasa dan merk kopinya? Atau karena keramahan penjualnya, atau kopinya disajikan
dengan cara yang menarik?”
Temanku menjawab,
“bukan karena itu semua, brian... Rasa kopinya biasa
saja, tidak bermerk. Harganya hanya seribu rupiah satu gelasnya. Tempatnya pun hanya
gubug reot dari anyaman bambu. Kalau ditanya penjualnya siapa, ia hanya seorang
nenek tua yang sudah lanjut, bahkan sapaannya pun hampir aku tiada
mendengarnya.
Brian... Kopi itu terasa nikmat, karena ada sahabatku
yang datang membersamaiku menyeduh segelas kopi, ia adalah sahabat kecilku,
yang kini telah merantau di negeri orang. Namun, sekarang, ia menyempatkan
waktu berjumpa dengan ku.”
Sahabatku yang
disayangi Allah,
Terkadang kita mengukur
kabahagiaan dengan tolak ukur bendawi, harta, rumah, merk kopi uang kita minum
(hehe), jam tangan bertuliskan merk dunia, lantas mengabaikan yang lainnya.
Kebersamaan adalah kebahagiaan, ia yang membuat kita kuat dan teguh dalam
menjalani kehidupan. Sahabat adalah mereka yang mengobati di kala sayatan
melukai batin kita, saat hujan ujian menimpa diri kita, saat iman berjalan
gontai hampir ambruk, sahabatlah yang akan menguatkan kita.
Sesungguhnya manusia
diciptakan oleh Allah untuk saling mengenal, saling memahami, bertasamuh dan
saling membantu. Kehidupan ini begitu singkat, yuk kita upayakan dengan
sebaik-baiknya.
Terimakasih kepada
sosok yang memberiku inspirasi, menjadikan tulisan ini tertata rapi, yah,
sebuah tulisan yang lahir dari ruang kuliahnya, selalu memberikan hal baru
dalam hidupku, menjadikan berharga untuk ditulis dan disampaikan. Balighu ‘anni
walau ayah.